Hina Matsuri adalah Doll’s Festival yang dirayakan oleh masyarakat Jepang pada tanggal 3 Maret setiap tahun. Menurut kalender matahari/ solar calender, tanggal 3 maret disebut juga sebagai “Hina-no-Sekku”, atau “Momo-no-Sekku” (Festival Bunga Persik Mekar) yang digunakan sebagai salah satu kejadian musiman penting dari Cina kuno, dan kini telah berkembang menjadi fungsi simbolis dari seni Jepang dan adat istiadat di Jepang sejak zaman Periode Edo (abad ke 17 – 19). Bunga persik (buah peach), melambangkan pernikahan yang bahagia, adalah dekorasi yang sangat diperlukan pada hari festival ini. Bunga-bunga menggambarkan karakter feminim, mulai dari kesantunan, kesabaran dan ketenangan.
Pada hari ini keluarga Jepang dengan anak-anak perempuan atau gadisnya merayakan acara Hina Matsuri di rumah demi berharap kebahagiaan masa depan putri mereka. Mereka menghias hina-ningyo (yaitu boneka cantik, replika dari seorang kaisar kuno dan permaisuri dan bawahannya). Boneka untuk festival ini bukanlah boneka sehari-hari yang biasa untuk bermain, tetapi boneka Hina khusus untuk upacara.
Biasanya boneka Hina yang digunakan merupakan warisan keluarga, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Boneka-boneka ini akan dipajang selama beberapa hari di dalam rumah pada tempat khusus saat Hina Matsuri atau festival boneka. Setelah itu, boneka akan disimpan kembali kedalam kotak secara hati-hati dan dipajang lagi nanti tahun depan. Bagi orang tua yang mampu biasanya akan membelikan satu set baru dari boneka Hina untuk bayi perempuannya atau anak perempuannya.
Boneka Hina biasanya terdiri atas satu set, paling tidak terdapat 15 boneka, semua berpenampilan dalam kostum Jepang kuno. Boneka ini dipasang di rumah hanya khusus untuk hari Hina matsuri. Selain berupa kelompok boneka, terdapat juga barang-barang miniatur rumah tangga yang seringkali berbentuk produk artistik yang indah. Boneka yang paling bernilai tinggi adalah Dairi-sama, yang mewakili Kaisar dan Permaisuri dengan kostum kebesaran dari sutera yang megah. Mereka didampingi oleh dua menteri mereka, tiga Kanjo (hakim wanita), dan lima musisi hakim. Semua akan dipajang pada beberapa tingkat, bisa lima tingkat atau lebih, masing-masing tingkat beralaskan kain merah cerah. Pasangan Kaisar dan Permaisuri menempati tingkat teratas, Kaisar berada di sebelah kiri dari Permaisuri. Hakim wanita dan jamuan dalam nampan dan piring menempati tingkat kedua, boneka lainnya diatur pada tingkatan yang lebih rendah.
Di masa lalu, pada 3 Maret, semua orang, pria, wanita dan anak-anak, membuat boneka Hina dari kertas kasar, dan mereka meyakini bahwa bila mereka sakit maka sakitnya akan dipindahkan pada boneka. Lalu mereka mengumpulkan boneka, pergi bersama-sama ke sungai terdekat dan membuangnya ke sungai sekaligus menghilangkan segala pengaruh setan ke dalam air. Karena itu, peristiwa ini menjadi kesempatan untuk tamasya keluarga, tepat di awal musim semi yang menyenangkan dimulai. Hina Matsuri ini menandai awal datangnya musim semi.
Berikut ini adalah lagu yang senantiasa didengungkan saat Hina Matsuri:
Akari o tsukemashou bonbori ni 明かりをつけましょう ぼんぼりに |
Ohana o agemashou momo no hana お花をあげましょう 桃の花 |
Go-nin bayashi no fue taiko 五人ばやしの 笛太鼓 |
Kyo wa tanoshii Hinamatsuri 今日は楽しいひな祭り |
Let’s light the lanterns |
Let’s set peach flowers |
Five court musicians are playing flutes and drums |
Today is a joyful Dolls’ Festivall |
Saat ini perayaan Hinamatsuri, masih tetap berlangsung terutama di rumah-rumah keluarga yang memiliki anak perempuan, pada tanggal 3 Maret di rumahnya pasti dihiasi dengan deretan Hina Ningyo. Kudapan khusus yang dijumpai pada hari ini antara lain adalah kue kecil hishi mochi (kue beras berbentuk diamond) permen berbentuk buah, merah kecil osekihan (beras ketan direbus dengan kacang merah), dan mereka minum Shirozake, anggur beras manis ringan, pada kesempatan tersebut. (Upik Kesumawati Hadi, Alumni Persada Bogor, FKH IPB)
Paper in PDF: Hina Matsuri 3 Maret